Bila Kita Tidak Boleh Marah, Menyuruh, Melarang, Lalu Bagaimana Cara Kita Mendidik Anak-Anak?

Assalamu’alaikum Sahabat Lithaetr,

Sebelum kita membahas tentang bagaimana memaksimalkan proses sensori pada anak usia golden age, hari ini kita akan memperdalam membahas bagaimana langkah kongkrit dalam menggunakan 3 mantra ajaib ya.

Mungkin bagi ya belum tau apa itu 3 Mantra Ajaib Mendidik Anak, silakan liat gambar di bawah ini saja,

Mendidik anak

Mengapa kita perlu membahas langkah kongkrit dalam menjalankan 3 Mantra Ajaib? Dikarenakan saya sering mendapatkan pertanyaan ini ketika memberikan sharing parenting. Banyak orangtua yang memerlukan langkah konkret atau contoh dalam menerapkan 3 Mantra Ajaib ini. Nah, sebagai kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan itu, maka saya ingin sharing sedikit bagaimana menjalankannya. Jika berkenan silakan lanjutkan membaca ya sahabat

Saya sharing sedikit tentang 3 Mantra Ajaib ya,
Mungkin sudah sering saya singgung, kalau pertama kali saya mengetahui dan belajar tentang pentingnya memaksimalkan tumbuh kembang anak usia pra sekolah adalah di sekolah putri saya.

Pertama kali saya kunjungi sekolah tersebut, saya langsung kagum terhadap sistem pendidikan yang diterapkan. Sekolah tersebut menerapkan 3 Mantra Ajaib dengan luar biasa. Setelah saya belajar ternyata ada kuncinya. Kunci tersebut adalah mengubah cara komunikasi kita kepada anak-anak.

Jika ingin anak berperilaku lebih tenang dan bisa dikondisikan dengan keadaan, caranya adalah menggunakan komunikasi yang baik dan sopan. Apa itu komunikasi yang baik dan sopan? Yaitu gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Apa itu bahasa Indonesia yang baik dan benar? Iya, gunakanlah bahasa Indonesia sesuai kaidahnya yaitu menggunakan SPOK (subjek, predikat, objek, keterangan).

Inilah contoh SPOK,
Gambar: slideserve.com
Benarkah dengan kita hanya menerapkan SPOK anak-anak bisa lebih bisa dikondisikan? Awal mula saya juga berpikir kalau hal tersebut tidak akan pernah mungkin dilakukan. Tapi setelah saya melihat sekolah menerapkan hal tersebut dan mencoba menerapkan SPOK di rumah, saya merasakan sensasi berbeda. Anak-anak benar-benar bisa lebih dikondisikan lo ternyata.
Selain menerapkan SPOK, ada lagi yang harus dilakukan yaitu menggunakan juga 5 continue bahasa. Apa itu 5 Continue Bahasa? 5 Continue Bahasa ini adalah contoh konkret dalam penerapan 3 Mantra Ajaib. Inilah contohnya,
1. Visual looking on (ini kita sampaikan ke anak secara fakta yang terlihat)
Contoh: anak menumpahkan air
Yang harus dilakukan adalah
Tanpa perlu marah gunakan SPOK dan visual looking on spt ini
Bunda melihat ada air di lantai.
2. Non direct statement (ini bukan kalimat suruhan dan juga masih berdasarkan fakta penglihatan)
Contoh: Bunda melihat ada air di lantai. Lantai menjadi basah
3. Sampaikan pertanyaan (perintahkan si anak dengan pertanyaan)
Contoh: Bunda melihat ada air di lantai. Lantai menjadi basah. Apa yang harus kita lakukan?
Bila belum merespon.
Bisa diulang lagi
Bila belum juga
Jika lantai basah, lalu kita berjalan, apa yang akan terjadi?
Bila belum baru masuk ke poin 4, yaitu
Direct statement (kalimat perintah tapi bukan menyuruh) Nah lo?
Contoh: Bunda melihat ada air di lantai. Kita harus mengepelnya atau mengelapnya agar bersih.
Lakukan juga berulang-ulang
Baru paling terakhir sekali lakukan poin 5, yaitu fisikal intervensi
Contoh: Bunda melihat ada air di lantai. Kita harus mengepelnya atau mengelapnya agar bersih. Mari kita bersihkan bersama-sama yuk. Ajak anak ambil pel atau lap.
inilah yang dimaksud 3 mantra ajaib.
Jangan marah
Jangan melarang
Jangan menyuruh
Mengapa kita perlu melakukan 5 continue bahasa dan SPOK ini dalam berkomunikasi dengan anak-anak kita? Karena ternyata bila kita berbicara dengan struktur yang tertata rapi dan benar, anak-anak bisa lebih menangkap apa yang disampaikan secara lengkap.
Lain halnya bila hanya kalimat singkat saja. Contoh: Awas hati-hati. Tanpa diberikan keterangan lebih, kra-kira anak-anak akan paham maksud kita tidak?
Ternyata tidak kan? Selain itu menggunakan bahasa instan dan tidak tertata rapi juga bisa berdampak anak-anak senang dengan cara instan dan tidak menikmati proses belajarnya. Tapi lain halnya bila menggunakan bahasa SPOK dan 5 continue bahasa.
Contoh: Adik, Bunda melihat adik sedang tiduran di meja. Apakah meja berfungsi sebagai tempat tidur? Dimanakah biasanya kita tidur?

Dengan menggunakan komunikasi seperti itu, entah mengapa menurut pengamatan dan pengalaman saya sendiri anak-anak menjadi lebih nurut dan lebih terkontrol sekaligus terkonsep.

Jika tidak percaya, yuk, mulailah melakukan reformasi dalam komunikasi kita kepada anak-anak dan rasakan bedanya. Selamat mencoba ya sahabat.

Oke tulisan berikutnya baru membahas tentang mengoptimalkan proses sensorik pada anak usia golden age ya. Terus ikuti blog saya ini ya, sahabat.

28 thoughts on “Bila Kita Tidak Boleh Marah, Menyuruh, Melarang, Lalu Bagaimana Cara Kita Mendidik Anak-Anak?”

  1. Seringnya kita, eh kita saya kali, heheh.. Kalo lihat anak nyimpan baju sekolah di kursi gak nahan buat bilang " jangan simpen baju di situ,
    sana simpen di keranjang ! "

    Ah jadi malu. .Kudu byk belajar nih.
    Mksh ba ilmumya

    Reply
  2. pengendalian emosi ini sedang aku lakukan juga mbak, bersikap dan berkata positif ketika anak sedang aktif. intinya belajar sabar dulu sebelum perkataan keluar..hiks..perjuangan banget lah pokoknya mbak demi masa depan anak-anak hehehe

    Reply
  3. Dari bayi bahkan sudah bisa diterapkan komunikasi dengan SPOK ini Bunda. Saya juga baru mengetahuinya sejak anak saya masuk TK. Sekolah putri saya menerapkan ini dari usia toddler kok Bunda

    Reply
  4. Sudah ikut kelas parenting mbak Litha di wA yang membahas soal ini tapi sekalinya baca postingan ini. jadi lebih paham lagi. Jazakillaah khayr for sharing ilmunya mbak. Tulisan yang mencerahkan sekali untuk para orang tua. Semoga saya pun bisa menerapkan 3 mantra itu dalam mendidik buah hati saya 🙂

    Reply
  5. Wajib dipraktekkan ini. Saya juga merasa mengajari anak lebih efektif tanpa marah, menyuruh dan melarang, namun kadang kalau pas capek atau PMS masih kurang sabarnya … semoga bisa lebih baik dalam mendidik anak

    Reply

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.