Yuk, Gunakan 3 Mantra ini dalam Mendidik Anak Kita agar Sesuai Fitrahnya

Alhamdulillah akhirnya saya bisa menulis kembali setelah beberapa bulan vakum. Ini merupakan tulisan pertama saya di awal tahun 2019 ini, semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat bagi sahabat lithaetr semuanya aamiin.

Sebenarnya sudah lama penulis ingin berbagi ilmu tentang 3 Mantra Ampuh dalam Mendidik Anak agar Sesuai Fitrahnya ini, tetapi karena satu dan lain hal barulah kesampaian sekarang. Mohon dimaafkan ya sahabat lithaetr, penulis juga manusia biasa yang masih banyak rasa malas ini hehehehe.

Oke deh kita langsung bahas aja yuk tentang 3 Mantra Ajaib ini,

Sumber: dokumentasi pribadi gambar dari pixabay.com

Ilmu 3 Mantra Ajaib ini penulis dapatkan ketika mengikuti training parenting di sekolah PAUD si kakak. Mengapa 3 mantra ajaib ini bisa mendidik anak agar sesuai fitrahnya, beginilah hasil pengamatan, pembelajaran, dan analisis penulis. Yuk disimak lebih lanjut!

Manusia memiliki 3 guru dalam hidupnya:
1. Orangtua
2. Guru di sekolah
3. Guru di lingkungannya
Dari 3 hal tersebut maka terbentuklah karakter yang mendasari atau bekal kehidupan manusia dalam menjalani hidup ini.
Bila ingin membuat seseorang anak bisa tumbuh berkembang sesuai fitrah, maka siapkanlah anak-anak tersebut untuk mengeksplorasi dan merasakan sendiri semua proses pembelajarannya. Mengapa anak perlu merasakan sendiri proses belajarnya? Agar anak-anak bisa menjadikan itu pengalaman hidup yang berharga.
Contoh kecilnya, Bagaimana anak tau rasa sakit saat dia jatuh bila dia belum pernah merasakan terjatuh, betul?
Jadi, bila anak perlu banyak mengeskplorasi dan belajar dengan pengalamannya sendiri maka gurunya-lah yang harus memfasilitasi hal tersebut. Buatlah anak nyaman saat bereksplorasi, caranya ya dengan 3 mantra ajaib tadi.
1. Tidak Boleh Marah
Bila kita sering marah-marah, apakah anak akan merasa nyaman bila akan bereksplorasi? Justru anak-anak malah akan takut terhadap gurunya. Sehingga anak akan lebih tertutup dan cenderung untuk mencoba secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan. Nah, mendingan anak jujur dan berprilaku salah depan kita sebagai orangtua atau guru utamanya, kan? Jadi kalau anak-anak salah cobalah untuk sabar dan jangan sering mengungkit kesalahan tersebut. Tapi cobalah berikan dia pijakan atau pengetahuan, mengapa hal yang anak lakukan tersebut salah atau tidak sesuai dengan peraturan atau norma yang ada.
2. Tidak Boleh Melarang
Jujur saja, poin kedua ini yang pasti banyak dilakukan oleh orangtua sebagai guru utama anak-anak, betul? Hal ini wajar karena setiap orangtua ingin anaknya tidak pernah terluka, sakit, dan kecewa. Namun benarkah itu baik bagi anak-anak? Balik lagi ke contoh sederhana tadi, bila anak tidak pernah merasakan sakit ketika ia jatuh, bagaimana ia akan menghadapi cobaan-cobaan kehidupannya kelak?
Jadi coba yuk dari sekarang kurangi atau hindari kata JANGAN! TIDAK BOLEH! dan kata-kata larangan lainnya. Coba gunakan kata HATI-HATI dan cari kata-kata lain agar anak bisa tetap aman dan nyaman saat bereksplorasi.
Contoh: Saat anak mulai bermain tangga, mesti orangtua khawatir dia jatuh, tetapi belajar naik turun tangga juga merupakan proses belajar tumbuh kembang anak sesuai fitrahnya. Lalu bagaimana? Bisa didampingi dengan memberikan pijakan yang baik. Seperti Wah adik sudah mulai ingin belajar naik tangga ya? Kalau naik tangga atau turun tangga harus hati-hati ya. Pelan-pelan. Bisa dengan berpegangan dengan bunda atau berpengangan dengan jeruji setiap anak tangga. Apakah anak akan langsung paham? Tentu tidak! Namun bila kita kembali ingin mendidik mereka sesuai fitrah dan biarkan mereka memiliki pengalaman hidup, maka hal ini harus terus dilakukan.
3. Tidak Boleh Menyuruh
Poin ketiga juga termasuk yang paling sering dilakukan oleh para guru anak-anak, khususnya orangtua. Mengapa hal ini tidak boleh sering dilakukan? Agar anak-anak timbul kesadaran bahwa apa yang dilakukan menjadi hal yang dibutuhkan mereka. Bila kita sering menyuruh mereka melakukan sesuatu namun kesadaran itu tidak timbul, maka apa yang akan terjadi? Yang akan terjadi ya mereka melakukan sesuatu dengan perasaan tertekan. Namun bila kesadaran yang ditumbuhkan dalam diri anak, maka anak akan nyaman saat melakukannya. Yuk, tumbuhkan dalam diri anak, apa yang dilakukan oleh mereka adalah kebutuhan dan penting baginya.
Caranya bagaimana? Yaitu coba lakukan 5 Cotinue bahasa berikut ini:
1. Visual Looking On
Lakukanlah dengan mencontohkan. Jadi bila ingin anak salatnya tertib, berikanlah contohnya terlebih dahulu.
2. Non Direct Statement
Hanya mengungkapkan fakta saja. Untuk pemilihan kata ini juga disesuaikan dengan tahapan usia anak.
3.Pertanyaan 
Berikan pertanyaan agar timbul kesadaraan dalam diri anak.
4. Direct Statement
Berikan statement langsung, bila anak memang masih perlu contoh atau pijakan
5. Fisical Intervention
Berikan bantuan terhadap anak. Hal ini hanya perlu dilakukan saat memberikan pijakan awal saja. Bila anak sudah diberikan contoh beberapa kali. Coba bertahan dulu di poin 2 hingga 3 dulu.
Contoh: Bila anak menumpahkan air di lantai.
Yang harus dilakukan oleh guru, khususnya kita orangtuanya adalah:
1. Kita berikan pijakan kalau bila menumpahkan air sebaiknya kita mengelapnya agar tidak ada orang yang terpeleset atau jatuh dengan mencontohkan membereskannya. Hal ini perlu dilakukan bersama dengan anak jika perlu dengan,
Bunda atau ayah melihat ada air di lantai. Apa yang harus dilakukan? Yuk kita mengelap atau mengepel air tersebut agar tidak ada yang terjatuh atau terpeleset nanti.
Usahakan dalam melakukan 5 Continue bahasa ini bertahanlah di poin 2 dan 3. Hal ini diperlukan agar anak menyadari kesalahannya dan ada usaha untuk memperbaiki kesalahan tersebut tanpa paksaan.
Sekali lagi siapkan dulu mental kita sebagai guru utama bagi anak-anak kita. Kita harus banyak bersabar, memberikan keteladanan yang baik saja, jangan banyak mengungkit kesalahan anak namun berikan pengetahuan yang dibutuhkan, dan berikan kesempatan anak dalam mengeksplorasi agar jadi pengalaman hidupnya. Sebab semua pengalaman hidup yang dimiliki anak akan menjadi dasar karakter dia dalam menghadapi kehidupannya kelak.
Bila ingin memiliki anak hebat dan tangguh dalam menjalani kehidupannya kelak, maka para guru harus memberikan kesempatan yang banyak dalam memberikan pengalaman hidup. Agar anak-anak bisa merasakan setiap proses belajar tumbuh kembangnya berharga. Bila banyak tabungan pengalaman maka anak akan kaya pengetahuan, tangguh, dan mandiri.
Yuk saatnya kita sebagai orangtua berubah! Coba lakukan 3  Mantra Ajaib ini dan lihatlah perbedaan apa yang akan didapatkan. Ingat SABAR, ISTIQAMAH, dan DOA-lah menjadi kunci dari setiap keberhasilan kita dalam mendidik anak sesuai fitrahnya.

24 thoughts on “Yuk, Gunakan 3 Mantra ini dalam Mendidik Anak Kita agar Sesuai Fitrahnya”

  1. ini nih mantra ajaib yang belum bisa saya aplikasikan sepenuhnya.
    udah sering banget baca, niat mau lakukan tapi masih juga keceplosan huhuhuh.
    thanks for remind me ya Mbak 🙂

    Reply
  2. Mengasuh anak memang susah2 gampang, apalagi beda karakter seperti aku & anakku. Tapi disitulah serunya. Habis ngambek ketawa, habis ketawa ngambek lagi kwkwk

    Reply
  3. kalo di ilmu NLP & hypnotherapy yang pernah saya pelajari, sebaiknya kita menghindari kata TIDAK BOLEH, karena kononnn alam bawah sadar meng-skip kata tidak, begituu sih kata para pakarrr, meski prakteknya juga gak gampang, wkwkkwk

    Reply
  4. Can't agree more. Saya setuju banget mbak.

    Namun, poin ketiga itu agak susah ya, setidaknya bagi saya. Hm, saya belum menjadi orangtua sih. Masih merasa-rasa (mengingat reaksi yang saya berikan thd ortu kalau ortu marah, melarang).

    Saya kini kebingungan aja sama adik saya yg enggak bisa kalau enggak disuruh walau pakai kata tolong (mungkin belum, tapi kapan?). Contohnya di mencuci piring, menyapu rumah. Kalau saya dulu langsung sadar aja gitu. Lagipula saya suka nyuci piring. Tapi gimana cara menumbuhkan kesadaran ya? Apa piringnya musti dibagi-bagi ini piring si rajin itu piring si pemalas nyuci. Hm

    Reply
  5. Memang harus ada pembiasaan sih mba. Apalagi kalau yang sejak dini-nya belum pernah dibiasakan untuk mencucinya pasti akan lebih butuh berjuang bila sudah agak besarnya.

    Reply

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.