Menanamkan Konsep Abstrak Bagi Anak, Salah Satunya dengan Bermain Peran

Assalamu’alaikum Sahabat Lithaetr,
 
Sesuai janji saya, kali ini mau membahas tentang manfaat dari bermain peran. Mengapa saya perlu mengulas lebih dalam? Karena masih banyak orang tua yang belum paham manfaat dari bermain sambil belajar, salah satunya bermain peran. Mau baca tulisan sebelumnya terkait manfaat bermain sambil belajar? Silakan buka link Seberapa Pentingkah Bermain itu Bagi Anak Usia Dini? Yuk, Baca 5 Manfaatnya Ini dan Bukannya Dunia itu Keras? Belajar sambil Bermain, Apakah Anak Akan Mampu Menghadapi Dunia?
Gambar: pixabay
Saya berpegang pada qoute dari Psikolog dan juga Pemerhati Masalah Anak dan Remaja, Ani Christina, yang mengatakan,

“Pengalaman bermain yang menyenangkan dengan benda, teman, dan orang dewasa dapat mendorong anak-anak berkembang secara fisik, emosi, kognisi atau pola berpikir, dan sosial.”

Anak-anak adalah peniru ulung, khususnya usia dini, karena memang mereka belajar hal-hal yang konkret atau nyata. Mereka belajar dari menyerap hal-hal yang sering dilihat, didengar, dan dilakukan oleh orang-orang terdekat, khususnya orang tua. Lalu bagaimana menanamkan prinsip-prinsip tentang agama, kehidupan, dan lain sebagainya. Padahal pembelajaran terkait prinsip ini merupakan hal yang abstrak atau tidak dapat terlihat secara nyata, tetapi anak-anak justru sangat perlu memahami tentang ini, salah satu caranya ya bermain peran. Kok bisa? Mari simak ulasannya ya, sahabat…

Sebenarnya bermain peran adalah permainan yang paling sering dilakukan anak-anak. Kata Ani Christina, sering disebut sebagai bermain pura-pura atau berfantasi atau berimajinasi, atau bermain drama.

Siapa yang waktu kecil suka berpura-pura jadi super hero? Siapa yang suka jadi burung? Malah mungkin lebih suka jadi batu? Siapa yang suka menjadi dokter, pilot, atau koki? Inilah sebenarnya bermain peran. Anak-anak atau saat kita masih kecil suka dan sering menjadi sesuatu atau orang lain, betul? Saat kita berperan atau bermain menjadi hal yang kita senangi, kita pun menjadi senang dan bahagia.
bermain peran
gambar: pixabay
Inilah yang dialami juga oleh anak-anak kita. Tetapi sebenarnya saat mereka bermain peran, kita sebagai orang tua bisa menanamkan pengajaran-pengajaran abstrak di dalamnya. Contoh:
“Bun, angin itu bentuknya bagaimana?”
“Angin itu tidak bisa terlihat, Nak. tetapi selalu bisa kita rasakan kehadirannya.”
Masukkan bermain peran di sini…
“Coba kakak lihat daun di pohon itu, mengapa dia bergerak?”
“Karena ada sesuatu yang membuat dia bergerak, Bun.”
“Nah, itulah angin, yang menggerakkan daun di pohon itu. Yuk, kita bermain. Kakak mau jadi pohon atau angin?”
——
Dari bermain menjadi sesuatu, maka anak-anak akan memahami konsep atau makna terhadap hal-hal yang abstrak. Saat mengenalkan Allah Swt. pun kita ajak dia untuk mengenali yang nyata atau konkret dahulu, seperti hal-hal yang terkait ciptaannya. Barulah kenalkan kalau Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu di dunia dan alam semesta ini.

Jujur saja, saya pernah agak kelagapan saat putri saya bertanya di mana Allah itu, Bunda? Saat itu saya hanya menjawab kalau Allah berada di tempat tertinggi. Jadi Dia bisa melihat segala apapun yang terjadi di mana saja. Mungkin saat itu jawaban saya belum dipahami oleh putri kecil saya, saat itu.

Lalu, suatu saat ketika bermain ke kantor ayahnya, di gedung yang agak tinggi, saya ajak dia untuk melihat ke bawah. Dia takjub kalau dia bisa melihat banyak hal dari atas. Nah, saya pun kembali mengingatkan kalau Allah berada di tempat tertinggi jadi Sang Mahakuasa bisa melihat segala sesuatu yang terjadi. Kemudian , putri saya menjawab, “Iya Bun, aku bisa melihat banyak hal dari atas.”

Sejak saat itu, kalau anak saya berbuat sesuatu yang tidak sesuai, saya hanya bilang, mau disayang Allah atau enggak? Kan Allah Maha Melihat. Putri kecil saya, sudah mulai memahami dan memperbaiki kesalahannya.
Gambar: pixabay
Ani Christina berpendapat, dengan bermain peran dapat membuat anak-anak bisa membayangkan masa lalu dan masa depan, misalkan anak bermain masak-masakan, karena dia mengambil ingatan masa lalu saat bundanya memasak. Saat bermain dokter-dokteran, dia mungkin bercita-cita di masa depan ingin menjadi dokter.
Beliau juga menambahkan, manfaat bermain peran adalah,

Bermain peran sangat penting untuk mengembangkan emosi, kognisi atau pola berpikir, dan sosial bagi anak-anak. Bermain peran merupakan kekuatan besar membentuk kemampuan-kemampuan penting pada anak. Anak yang bermain peran akan mampu mengembangkan kreativitas, daya ingat atau hafalan, kemampuan kosakata yang banyak, kerja sama kelompok, pemahaman tentang konsep keluarga, pemahaman unsur emosi yang dirasakan orang dari sebuah peristiwa, kemampuan analisis masalah, konsep bangun ruang atau spasial, dan pengendalian diri ketika berinteraksi dengan orang lain.

Saya mencoba mengambil contoh bermain peran belanja-belanjaan dan menjadi kasir. Ini bisa memberikan pengajaran kepada anak tentang pemahaman unsur emosi dan pengendalian diri ketika berinteraksi dengan orang lain. Caranya, saat si anak menjadi pembeli atau belanja-belanjaan, maka kita ajarkan untuk bisa mengantri atau menunggu giliran saat ingin membayar. Dari situ anak akan merasakan bagaimana perasaan menunggu, bersabar, dan bergantian secara langsung.

Saat anak menjadi kasir, anak akan belajar untuk bisa menghargai orang yang menunggu, berkonsentrasi agar barang orang tidak tertukar, dan bekerja dengan ramah agar orang yang menunggu tidak merasa jenuh. Dari bermain peran sudah banyak pelajaran yang didapatkan anak kan? Tentu saja, bermain dan belajar seperti ini butuh pengawasan orang dewasa, agar penanaman konsep-konsep abstrak seperti itu bisa ditangkap dan dipahami oleh anak.

Bagaimana sahabat, sudah mendapatkan sedikit pencerahan tentang bermain peran bisa menjadi salah satu solusi dalam menanamkan konsep abstrak bagi anak-anak, khususnya usia dini? Sudah siap dong bermain peran bersama anak? Silakan berikan tanggapan ya, bermain peran yang seperti apa dan bagaimana, yang paling berkesan atau tak terlupakan hingga kini?

34 thoughts on “Menanamkan Konsep Abstrak Bagi Anak, Salah Satunya dengan Bermain Peran”

  1. Aamiin terima kasih mba… İya mba, memang rasa itu lebih mudah dibangun dengan memberikan pengalaman yang bisa anak-anak rasakan dengan nyata. Biar bisa merasakan ya salah satunya bermain peran deh ☺❤

    Reply
  2. Alhamdulillah kalau bisa bermanfaat mba. Semoga kita bisa Istiqomah dalam mendidik anak-anak dalam menanamkan aqidah dan akhlaknya ya mba ☺❤

    Salam kenal kembali ☺

    Reply
  3. İya Bun saya pun baru mengetahui kalau bermain peran ini seru, menyenangkan, dan banyak faedahnya. Semoga kita selalu dimampukan jadi orang tua yang amanah bagi ananda ya Bun ❤☺

    Reply
  4. yap emang bener sih dengan bermain peran anak jadi lgs praktek ya, hihi. tapi ponakan saya yang umurnya 3 tahun belum bisa diajak begini, wkwk. mungkin nanti kali ya 4 tahun dia jadi makin paham ttg bermain peran. pasti seruuu, makasih bun sharingya.

    Reply
  5. Kembali kasih mba. 3 tahun sudah bisa kok dengan bermain yang ringan saja misal jadi sopir karena suka main mobil-mobilan mba. Kayak anakku kedua senangnya jadi superhero. Jadi bisa bermain peran menyelamatkan bundanya yang terkunci atau sedang di sekitar orang jahat hehehehe

    Reply
  6. Ide yang bagus, bund. Jadi biar anak sadar bahwa Allah selalu melihat kita maka diajak ke gedung yang tinggi. Kalau Zril agak besar nanti, akan saya ajarkan demikian pula..izin nyontek idenya yaa

    Reply
  7. Tulisan mbak mengingatkan saya dengan kesukaan si bungsu. Cowok. tetapi dia mau bermain peran apa saja. masak-masakan, jadi pedagang, jadi dokter. Saya selalu diajak sebagai salah satu pembelinya. dan memangs elain mengajarkan anak untuk belajar ternyata juga mengeratkan ikatan batin dan lebih bahagianya lagi adalah melihat dia bahagia memainkan perannya tersebut seolah benar-benar terjadi.

    Reply
  8. Jadi ingat saya waktu kecil bertanya pada mama: "Dimana Allah? Bagaimana bentukNya?"
    Mama saya menjawab: "Allah itu gak boleh dipikirkan gimana dimana rupanya. Hanya boleh disembah"
    Dan saya kala itu tidak puas. wkwkwkwkw

    Reply
  9. Memang jawaban abstrak untuk anak-anak yang butuh sesuatu hal konkret itu tidak mudah menjelaskannya. Memang sebaiknya hal-hal abstrak harus disiasati oleh yang konkret dulu biar bisa terbangun pemikiran abstrak nya.

    Saya pun juga masih terus belajar bagaimana baiknya menjelaskan yang abstrak ini Bun, karena bukan karena mereka tidak ada tetapi ada namun tak terlihat, dan akan menjadi bagian penting dalam hidupnya kelak.

    Semoga kita dimampukan memberikan penjelasan yang mudah bagi anak-anak ya Bun ☺❤

    Reply
  10. Maa syaa Allaah tulisannya menncerahkan sekali Mbak. Noted banget nih bagi ibu baru seperti saya. Btw jadi ingat waktu kecil saya juga suka bermain peran dan ternyata itu banyak manfaatnya ya Mbak apalagi jika bunda ikut terlibat dengan menanamkan konsep abstrak pada si kecil.

    Reply
  11. Saya jadi nggak sabar pingin bermain peran dengan Julio mbak Litha hehehe.. Seru kali ya kayaknya.. Kalau skrang karena dia masih 7 bulan baru main oeluk pelukan atau liat kupu kupu dan bunga bunga atau mainan bayangan. Ya yg pnting main sama Ibunya gitu hihi

    Reply
  12. Iya mba Litha, Lubna saat di PAUD juga hampir tiap hari ada pelajaran main peran. Jadi tukang laundry, tukang masak, dokter, dll yg bikin anak² happy. Mereka juga jadi tahu gimana cara melipat baju, menyeterika, atau memasak.

    Reply
  13. Benar banget Mbak, dengan bermain peran secara tidak langsung mengajarkan anak ttg profesi, menghargai orang lain juga ttg kesabaran dan sifat baik lainnya yah.
    Seru niih klo ngajak anak bermain peran 🙂

    Reply
  14. Seru Bun.. Kadang sampai berantakan hehehe. Dirimu mah enggak cuma jago main peran tapi jago buat cemilan juga xixixi. mau atuh dikirim cemilannya ke rumah Hahahahaha

    Reply
  15. Saya pun juga baru terbuka tentang ilmu-ilmu setelah anak saya di TK Bun. TK si kakak semi homeschooling jadinya orang tua harus ikut serta dalam pengetahuan tentang parentingnya, jadilah saya belajar lagi (n_n)

    Reply
  16. Yups, benar mb.
    Dengan bermain peran, anak bs mengembangkan imajinasi, pola berpikir, dan belajar peduli aktifitas sosial di sekitarnya.
    Bujang saya juga suka menjadi Spiderman, saat kecil dulu.

    Reply
  17. Bener ya mbak. Dengan bermain, secara tdk langsung mengenalkan anak-anak memahami konsep atau makna terhadap hal-hal yang abstrak saat si anak belajar berperilaku seperti peran yg dimainkan

    Reply

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.