5 Pesan Kehidupan di Film Hindi Medium (2017)
Assalamualaikum Sahabat Lithaetr, mari masuki dunia lifestyle, parenting, inspirasi, dan hiburan (musik, film, buku, dan drama Korea).
Film hindi Medium berhasil membuat saya terharu dan merasa ada hal-hal yang mirip, karena pernah saya rasakan. Salah satunya mencari sekolah terbaik bagi ananda. Walaupun film Bollywood Medium tayang tahun 2017, tapi film ini layak untuk tetap ditonton hingga kini.
Sebab, menurut saya film yang dibintangi oleh Irrfan Khan, Saba Qomar, Dishita Shegal, Amrita Singh, dan Deepak Dobriyal ini memiliki pesan-pesan kehidupan yang luar biasa. Penasaran apa saja pelajaran hidup yang bisa diambil dari film hindi Medium? Silakan lanjutkan membacanya di sini.
Sinopsis film Bollywood Medium
Film India Medium ini bercerita tentang Raj (diperankan oleh Irrfan Khan) dan Meeta (diperankan oleh Saba Qomar) yang sedang berusaha mencari sekolah untuk putrinya, Pia (diperankan oleh Dishita Shegal) yang berusia 5 tahun.
Keluarga Raj merupakan keluarga yang mapan dan berkecukupan, karena Raj adalah seorang pengusaha kain dan baju pengantin sukses di Chandni Chowk. Walaupun ia adalah bos pakaian terkenal, tapi Raj bukanlah seorang sarjana.
Kemampuannya yang pintar menjahit dan membuat pakaianlah yang membuatnya berhasil. Sementara istrinya Meeta, adalah seorang sarjana dari salah satu universitas yang bagus di India dan sangat mahir berbahasa Inggris.
Akibat adanya ketimpangan pendidikan yang terjadi diantara pasangan suami istri tersebut, membuat Meeta sering meminta suaminya untuk belajar bahasa Inggris dan tak jarang ia merasa malu dengan kelakuan suaminya yang terkesan kampungan.
Oleh karena itu, Meeta bertekad kalau putrinya, Pia, harus mendapatkan pendidikan terbaik sedini mungkin. Jadilah ia mengajak sang suami untuk survei sekolah-sekolah terbaik yang direkomendasikan oleh sebuah majalah pendidikan.
Memiliki tujuan agar Pia bisa sekolah di salah satu sekolah terbaik, yaitu Delhi Grammar School membuat Meeta terkesan memaksa Raj untuk melakukan segala cara dan upaya. Pertama, Meeta meminta Raj untuk pindah rumah dari Chandni Chowk ke lokasi perumahan bergengsi dan menjadi lebih dekat ke sekolah Delhi Grammar School.
Kemudian mereka berdua menyewa konsultan pendidikan agar bisa lolos tes wawancara antara orang tua dengan pihak sekolah. Intinya segala usaha sudah dilakukan, tapi ketika hari pengumuman tiba, nama Pia tidak berada di daftar siswa yang keterima di sekolah Delhi Grammar School.
Rasa kecewa menyelimuti Meeta frustasi. Melihat kondisi istrinya yang terpuruk membuat Raj berusaha bertemu dengan kepala sekolah Delhi Grammar School yang bernama Lodha Singhania (diperankan oleh Amrita Singh).
Ibu kepala sekolah Delhi Grammar School terkenal enggan menerima suap dan menjunjung tinggi keadilan, sehingga sekalipun ada calon murid yang memiliki surat rekomendasi dari Menteri Pendidikan, belum tentu, calon murid tersebut diterima.
Mendengar hal itu membuat Raj bingung, hingga ia mendengar kabar kalau anak salah satu pegawainya keterima di sekolah Prakriti, salah satu sekolah terbaik lainnya. Saat Raj bertanya apa rahasia agar anaknya keterima di sekolah terbaik, pegawainya menjawab kalau ia menggunakan jalur khusus orang tak mampu.
Di India memiliki program untuk membantu rumah tangga kurang mampu agar layak mendapatkan pendidikan yang baik. Mendengar penjelasan dari pegawainya, Raj kembali berdiskusi dengan Meeta dan sekali lagi sang istri memaksa untuk menempuh segala cara agar Pia bisa bersekolah di Delhi Grammar School, walau harus menggunakan cara curang dengan berpura-pura miskin.
Saat Raj, Meeta, dan Pia hidup berpura-pura miskin, mereka berjumpa dengan keluarganya Syam Prakash (diperankan oleh Deepak Dobriyal). Dikarenakan pertemuan inilah Raj kembali merasakan apa yang namanya sebuah ketulusan serta kejujuran.
Bagaimana kelanjutan cerita Raj, Meeta, dan Pia? Sahabat Lithaetr, silakan menontonnya sendiri. Biar enggak penasaran banget, tonton dulu cuplikannya di sini,
Review film hindi Medium ala Lithaetr
Kesan pertama yang saya rasakan setelah menonton film India Medium ini adalah merasa ada kemiripan seperti melalukan seleksi dan memilih sekolah buat anak. Kemudian adanya oknum yang berlaku sebagai mafia pendidikan.
Mafia pendidikan adalah oknum-oknum yang membantu para orang tua dalam melakukan kecurangan data, agar anaknya bisa diterima di sekolah yang diinginkan. Bahkan mereka tak peduli karena perbuatan curang tersebut, bisa saja mengambil hak-hak orang lain.
Saya semakin yakin kalau setiap orang tua pasti mengusahakan pendidikan terbaik untuk anaknya. Namun jangan sampai melakukan segala cara hingga melakukan kecurangan dan merugikan orang lain.
Kemudian saya merasa kalau sistem di India dan Indonesia agak mirip. Hal ini saya rasakan ketika Meeta memaksa Raj untuk pindah rumah dari Chandni Chowk ke lokasi perumahan bergengsi dan menjadi lebih dekat ke sekolah Delhi Grammar School.
Hal tersebut mereka lakukan, demi syarat penerimaan sekolah yang mengharuskan muridnya tinggal berjarak 3 KM dari sekolahnya. Di Indonesia juga menerapkan hal ini dan dinamakan dengan sistem zonasi.
Yang mirip dengan pendidikan Indonesia juga yaitu memberikan bantuan pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu biar bisa menerima pendidikan yang layak. Di Indonesia sudah punya berbagai sistem bantuan pendidikan seperti itu.
Itulah mengapa saya merasa kalau nonton film hindi Medium itu terasa dekat, karena konflik yang disajikan disesuaikan dengan kehidupan yang kita alami, sehingga film hindi Medium memberikan kita banyak pelajaran berharga untuk dijadikan perenungan.
Sebab setelah menonton film ini saya kembali bersyukur dengan keadaan kami saat ini. Saya merekomendasikan kepada sahabat Lithaetr, untuk menonton film Bollywood satu ini. Memang apa saja sih, pelajaran berharga yang dapat diambil dari film ini?
Makna kehidupan yang ada di film hindi Medium
-
Memilih sekolah yang mengajarkan adab sebelum ilmu
Pelajaran pertama setelah menonton film hindi Medium adalah kalau memilih sekolah untuk anak utamakan yang mengajarkan adab sebelum ilmu. Sebab anak-anak adalah mesin fotocopy paling jenius. Mereka akan meniru apa yang diajarkan oleh guru-gurunya.
Sudah sahabat Lithaetr ketahui juga kalau guru yang dimaksud di sini bukan hanya guru di sekolah saja, tapi juga melibatkan kita sebagai orang tua dan lingkungan. Dari film India Medium, saya belajar kalau ternyata sekolah yang bagus itu tidak hanya mendidik anak muridnya sukses secara status sosial semata, tapi cerminan dari sikap budi pekertinyalah yang terpenting.
-
Kebahagiaan belum tentu bisa dibeli dengan kekayaan
Film India yang berdurasi 132 menit ini mengajarkan tentang kebahagiaan itu belum tentu bisa dibeli dengan uang. Hal ini digambarkan dari kehidupan Raj dan Meeta saat berada di Chandni Chowk yang mana mereka hidup dekat keluarga dan tetangga yang bagaikan saudara.
Mereka berdua hidup sederhana dan tolong menolong ketika berada di Chandni Chowk, tapi semua itu hilang ketika mereka pindah rumah. Kehidupan di lingkungan yang bernama Vasant Vihar ini begitu berbeda.
Di Vasant Vihar, Raj dan Meeta harus selalu berpakaian rapi dan mahal, kemudian saat mereka bertemu tetangga tidak ada senyuman ramah dan sapaan hangat. Akan tetapi yang ada adalah percakapan soal bisnis, informasi les untuk anak-anak, dan percakapan-percakapan berat lainnya.
Terlihat sekali kalau Raj merasa tidak nyaman dan bahagia saat tinggal di Vasant Vihar, bahkan ketika ada bakti sosial pun seakan-akan kegiatan tersebut cuma pencitraan semata. Nah, saat ia dan Meeta memutuskan untuk berpura-pura hidup miskin, Raj kembali merasakan suasana seperti di Chandni Chowk.
Semua orang yang berada di lingkungan kumuh tersebut, tertawa dan tolong menolong dengan tulus. Walaupun kehidupan mereka serba kurang, tapi mereka tetap membantu satu sama lain.
-
Bersedekah tidak menjadikan kita merasa kekurangan
Sudah saya singgung di atas, kalau kawasan kumuh tempat tinggal Raj, Meeta, dan Pia saat berpura-pura miskin ini dipenuhi orang-orang baik yang berkenan saling bantu membantu. Ada satu adegan yang membuat saya terharu, yaitu saat Raj dan Meeta sedang melakukan percakapan sebelum tidur.
Percakapan mereka yang bercerita kalau keluarga Syam Prakash memberikan beras jatah untuk orang miskin kepada mereka. Selain itu, keluarga Syam Prakash juga memberikan sebagian uang penghasilan sebagai buruh harian, agar mereka bisa membeli lauk.
Masyaallah banget, saat melihat adegan-adegan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan ajaran agama saya juga yaitu Islam, kalau kita harus sering-sering berbagi atau bersedekah. Saat bersedekah dengan ikhlas, kita tidak akan merasa kekurangan
-
Melakukan perbuatan curang akan membuat hidup tidak nyaman
Pembelajaran untuk hal ini ditunjukan oleh Raj di episode-episode menjelang akhir. Ia merasa telah berbuat tidak adil kepada keluarga Syam Prakash. Dikarenakan kecurangan yang keluarganya lakukan, mereka sudah merebut hak orang lain.
Di sini kita diajarkan kalau sudah berbuat salah, saat kita berusaha menutup mata tentang kesalahan tersebut, pasti ada ketidak tenangan dalam jiwa. Sebab hati kecil selalu tahu kalau apa yang kita perbuat itu salah dan kita tidak memperbaiki kesalahan tersebut.
-
Berusaha memberikan sesuatu kepada anak dengan sumber yang baik
Pelajaran berikutnya yang diberikan oleh film India yang tariannya ditarikan oleh anak-anak ini adalah berikan segala sesuatu kepada dengan sumber yang baik atau halal. Niatnya memasukkan Pia ke sekolah terbaik agar ia bisa menjadi orang yang sukses.
Tentu saja hal itu tidak salah, tapi usaha yang dilakukan demi mencapai itulah yang salah. Sumber-sumber usaha ketika memasukkan Pia ke sekolah terbaiknya yang tidak benar, sehingga bagaimana anak tersebut bisa menjadi tumbuh jadi anak baik dan sukses, kalau dalam prosesnya ada hal-hal curang di dalamnya.
Dari situ saya belajar untuk lebih baik mencari keberkahan daripada memaksakan sesuatu tapi tidak baik sumbernya. Saya merasa tersentuh melihat adegan demi adegan yang disajikan di film ini. Saya bersyukur untuk kembali diingatkan kalau masih banyak orang yang sama-sama berjuang dalam kesulitan.
Yups, itulah dia 5 pesan kehidupan di film hindi Medium yang dapat kita jadi pelajaran. Bagaimana sahabat, apakah kamu akan mencoba menonton film Bollywood Medium ini? Silakan berikan tanggapannya di kolom komentar, ya. Terima kasih.
Rajin, masih nonton film bollywood…hihi. Pesan-pesannya luar biasa dan relate sih dengan kehidupan kita sekarang. Ada oknum-oknum, meloloskan dengan segala macam cara yang penting keinginan tercapai. Jadi penasaran pengin nonton juga…
Bukan rajin mbak. Justru kurang kerjaan jadilah bisa nonton nonton. Coba kalau jago masak sama mengeluarkan buku terus kayak dirimu, ya tak sempat nonton lah, hehehe
Poin kedua ini menyentuh bgt
Kadang manusia rela jadi orang lain demi gengsi/agar diterima di sebuah lingkungan tertentu padahal bisa jadi di tempat lain/tempat sebelumny ia jaauuuhh lebih dihargai dan diterima tanpa syarat 🙂
Btw, udah lamaaa bangettt enggak nonton film Indiaa, jadi kepo nih mbaa huehehe
Kadang penilaian orang itu suka dianggap lebih penting daripada kenyamanan kakak. Suka terjadi dalam hidup. Kalau senggang saja baru ditonton kak
Suka banget review nya mbaaa Lithaaaa. Aku udah lama banget pengen nonton film Medium ini tapi belum kesampaian haha, nunggu muncul di Netflix hihi. Pesannya sangat relate ya, seolah-olah ingin memberikan yg terbaik untuk anak, tp menggunakan segala cara yg tidak baik. Semoga kita bisa bijak saat ingin memberikan yg terbaik buat anak-anak kita
Makasih kakak, sudah berkenan memberikan jejak di tulisan ini
Padahal sya suka India kak hehehehe. Tapi baru tahu tentang film ini. Padahal termasuk uda lama juga ini filmnya. Bisa buat list tontonan nanti.
Kalau pas senggang saja, kak. Baru ditonton
Saya sebenarnya nggak terlalu suka film India, soalnya ceritanya kadang mudah di tebak hehe
Tapi setelah baca postingan Mbak ini kayaknya seru ya film Medium, kok jadi sedikit terharu, sambil bacanya seperti sedang nonton film.
Nanti deh mungkin di agendakan nontonya kalau waktu luang.
Kalau sudah luang saja kakak. Baru nonton bersama keluarga
“Meeta terkesan memasak Raj untuk melakukan segala cara dan upaya” itu typo ya dikit ya Kak? Heheh “memaksa”, saya sempat berpikir ngapain masak? wkwk. Anw, saya baru tahu juga sama film ini meskipun 2017 itu sudah 5 tahun yang lalu yaa kurang lebih. Makasi ulasannya Kak. Saya jadi penasaran.
Iya typo kakak. Belum ada swasunting. Biasanya ada. Segera diperbaiki
Jadi penasaran buat nonton filmnya. Iyaa juga sih, di Indonesia masih ada kecurangan dalam dunia pendidikan. Apalagi kalau masuk kampus lebih susah lagi.
Semoga dimudahkan dalam menuntut ilmu ya, kakak untuk anak-anaknya.
Kyaaa udah lama nonton film India, kangen nonton film SRK di Bioskop deh btw nih ya aku baca review nya jadi penasaran banget pengen nonton, relatable sekali ya apalagi sekarang aku lagi cari sd yang bagus untuk anak, bener banget adab dulu baru ilmu yang penting kita happy dan berkah hidupnya ya mba, tfs loh otw nonton
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini
Ini film India ya? Sepertinya ini berbeda ya karena kelihatannya gak banyak nyanyi-nyanyi ya justru banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari kisah ini.
mengajarkan sesuatu ke anak emang dasarnya dari keluarga karena anak melihat contoh nyata dari sekitarannya.
Film India. Ada kok, nyanyinya cuma enggak banyak dan anak-anak yang nyanyi
Sempat liat cuplikannya, dan sekarang mampir ke sini ada sinopsisnya juga. Jadi penasaran dengan alur ceritanya
ayo mbak Hindun, kalau senggang bisa ditonton.
Aku kayaknya pernah dengar judul film ini, tapi belum pernah nonton. Semoga next ditayangkan di TV ah. Soalnya aku lebih suka nonton film yang ditayangkan di TV Mbak, daripada liat di bioskop atau aplikasi, hehehee…
Semoga bisa ditayangkan di televisi ya, mbak. Saya juga berharap film hindi medium ini bisa masuk ke televisi kita
Bagus nih ceritanya. Penasaran pengen tau endingnya.
kalau senggang, silakan ditonton, mbak. Keren kok
saya belum nonton filmnya sih tapi dari pesannya bagus banget ya berarti layak ditonton nih, kak Litha
kalau sempat saja kakak, silakan ditonton
Iya, yah film nya related banget sama kehidupan nyata. Sampai saat ini masih banyak orang tua yang memaksa anaknya untuk sekolah di sekolah-sekolah elit, bahkan rela melakukan segala cara. Walau tujuannya baik, ingin yang terbaik untuk anak, tetapi yang sekolah kan anak-anak bukan orang tua. Film ini memang mengajarkan banyak hal banget.
semoga ini juga menjadi pelajaran bagi saya pribadi saat cari sekolah buat anak-anak beneran sesuai kebutuhan dan mendahulukan adab daripada ilmu
Memilih sekolah yg mengajarkan adab sebelum ilmu adalah goals aku ketika anak kelak udah bisa sekolah, karena ini penting, sekarang banyak guru di sekolah yang maaf nih kurang mengajarkan adab
sama Bun. Saya juga mencari sekolah yang mendahulukan adab sebelum ilmu. Alhamdulillah, dapat di sekolah anak-anak sekarang ini
aku suka sama film ini. sudah lama banget sih nontonnya dan memang baguus dan lucu juga, jadi pengen nonton lagi eh
Memang keren filmnya, Bun. Bikin terharu, ketawa, dan bisa berpikir kalau kita udah jadi orang tua yang baik belum, ya. Lengkap memang.