Menyibak 5 Arti Wastra Ulos Menjadi Warisan Budaya

Menyibak 5 Arti Wastra Ulos Menjadi Warisan Budaya

warisan budaya

Assalamualaikum Sahabat Lithaetr, mari masuki dunia lifestyle, parenting, inspirasi, dan hiburan (musik, film, buku, dan drama Korea).

 

Tantangan ‘Writober’ hampir selesai, oleh karena itu wajar bila level kesulitannya pun bertambah. Kali ini kami diminta membahas tentang kata wastra. Saya pun mencoba mengulas soal menyibak arti atau alasan wastra ulos menjadi warisan budaya.

Alasan saya menulis wastra ulos adalah karena saya ingin mengenal kebudayaan dari orang yang telah melahirkan saya. Almarhumah mama berasal dari Suku Batak, namun saya merasa pengetahuan tentang kebudayaan akan hal ini, saya masih sangat minim.

Oleh sebab itu, lewat tantangan ‘Writober’ inilah, saya belajar mengenal kebudayaan tanah leluhur saya. Penasaran dengan ulasan saya? Simak terus di sini, ya.

Apa itu wastra ulos?

Kain ulos
Gambar dari merdeka.com

Semenjak mengikuti tantangan ‘Writober’, hal pertama yang saya sadari adalah Indonesia sangat kaya akan bahasa. Banyak bahasa Indonesia yang indah arti dan maknanya, tapi jarang digunakan, termasuk wastra.

Memang apa itu wastra? Diambil dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), wastra adalah kain tradisional yang memiliki makna dan simbol tersendiri, yang mengacu pada dimensi warna, ukuran, dan bahan. Contohnya batik, tenun, songket, dan sebagainya.

Setelah tahu makna dari wastra, saya pun memilih kain ulos untuk saya bahas. Mengapa? Sebab saya ingin belajar tentang asal usul saya. Menjadi turunan pejabat (peranakan Jawa Batak), saya merasa kurang pengetahuannya soal kebudayaan dari Sumatera Utara ini.

Jadilah kali ini, saya ingin mencoba menuliskannya, dari ulos. Apa itu ulos? Menurut KBBI, ulos itu selendang tenunan Batak, biasa dipakai dalam upacara adat kayak pernikahan, memasuki rumah, dan sebagainya.

Dirilis dari beritasatu.com (8/12/2019), ulos adalah kain tradisional Batak, yang sudah diturunkan secara turun temurun dan terus dikembangkan oleh masyarakat Batak. Mulanya dikenakan dalam bentuk selendang atau sarung.

Akan tetapi kini, ulos pun sudah bisa dijumpai dalam bentuk yang lebih variatif seperti produk tas, dasi, pakaian, gorden, dompet, sarung bantal, dan lain sebagainya.

 

Sekilas sejarah tentang wastra ulos

Sebelum menyibak arti wastra ulos, ada baiknya kita mengenal sedikit tentang sejarahnya. Kain yang dibuat dengan cara ditenun ini merupakan ciri khas dan kebanggaan suku Batak. Kain tenun ini memiliki peranan penting dalam menjalankan adat istiadat di suku Batak.

Awal cerita terbentuknya ulos itu karena nenek moyang suku Batak yang tinggal dan hidup di daerah pegunungan. Kebiasaan mereka bekerja di ladang, mengharuskan mereka siap melawan dan bertahan dari dinginnya cuaca.

Dikarenakan alasan itulah ulos ini tercipta. Wastra ulos ini dibuat untuk melindungi tubuh saat bekerja di ladang, karena cuaca yang dingin. Manfaat lain kain ulos ini adalah sebagai selimut.

Selimut yang bisa menghangatkan dan melindungi tubuh dari terpaan udara yang dingin. Sebab, menurut para leluhur suku Batak, kehangatan itu dibagi menjadi tiga, yaitu matahari, api, dan ulos.

Dari ketiga kehangatan tersebut, ulos-lah yang dianggap sebagai sumber hangat nan paling nyaman. Memang awalnya kain tenun ini hanya berfungsi sebagai penghangat tubuh biasa, namun lama kelamaan wastra ulos jadi memiliki arti penting bagi masyarakat Batak, setelah sering digunakan oleh para sesepuh dalam acara-acara adat.

 

Menyibak arti wastra ulos menjadi warisan budaya

Setelah kita mengetahui sejarah singkat tentang ulos, kini saatnya kita menyibak arti kain tenun ini menjadi warisan budaya.

  1. Sudah ada sejak 4000 tahun lalu

Bisa menjadi warisan budaya, haruslah keberadaannya sudah ada sejak lama dan ternyata wastra ulos ini sudah ada sejak 4000 tahun lalu. Bahkan kain tenun ini sudah ada jauh sebelum bangsa Eropa mengenal soal tekstil.

Dilansir dari merdeka.com (13/5/2020), ulos merupakan salah satu dari peradaban tertua di Asia dan sudah ditetapkan sebagai ‘Warisan Kebudayaan Tak Benda Nasional’ sejak 17 Oktober 2014.

 

  1. Simbol adat

Wastra ulos dijadikan sebagai warisan budaya karena sering digunakan oleh orang Batak dalam acara-acara upacara adat, pernikahan, hingga kematian. Sudah menjadi bagian dalam kehidupan suku Bataklah yang membuat kain tenun ini semakin berharga.

 

  1. Lambang kasih sayang

Pada awalnya ulos memang murni hanya sebuah selendang tenun untuk menghangatkan tubuh. Namun lambat laun, dikarenakan proses pembuatan ulos yang panjang, sehingga bisa menjadi kain tenun nan istimewa, jadilah wastra ulos ini begitu spesial.

Ada kebanggaan tersendiri, jika bisa memakai ulos, karena prosesnya yang tidak mudah itu tadi. Itulah yang menjadi tanda kalau ulos pasti dipakai oleh orang-orang spesial yang dikasihi oleh keluarganya.

Mereka tidak ingin keluarganya kedinginan, sehingga diberikan kehangatan. Kemudian dari situlah, ulos mulai sering diberikan sebagai hadiah atau cinderamata untuk orang terkasih.

Lambang kasih sayang yang ada inilah yang layak membuat ulos menjadi warisan budaya.

 

  1. Tanda hormat bagi sesama

Poin keempat ini hampir mirip dengan poin sebelumnya. Namun perbedaannya adalah jika poin tiga lebih diberikan kepada keluarga dan orang-orang terdekat, sementara poin keempat ini untuk orang yang bukan keluarga.

Jika ulos diberikan kepada orang lain selain keluarga, maka makna kain tenun ini sebagai tanda hormat dari pemberi kepada penerima. Contohnya, ulos yang diberikan oleh ketua adat kepada beberapa petinggi di negeri ini.

Harapannya diberikan ulos tentu saja agar para pemimpin negeri bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

 

  1. Tanda memberikan restu

Poin kelima ini adalah salah satu kenangan yang secara samar tersimpan dalam benak saya, yaitu ketika papa menerima ulos atau biasa disebut dengan nama upacara adat ‘Mangulosi’.

Mangulosi ini adalah salah satu hal yang teramat penting dalam adat Batak. Secara harfiahnya, Mangulosi memang artinya memberikan ulos, tapi selain itu ada makna lain didalamnya.

Acara ini ada biasanya dilakukan demi penyambutan seorang anggota keluarga baru, namun bukan dari suku Batak. Seperti halnya yang terjadi pada papa saya. Beliau mendapatkan hadiah ulos karena sudah menikah dengan mama dan cara penyambutan karena kedatangan keluarga baru ya, dengan Mangulosi ini.

Acara Mangulosi ini diberikan sebagai tanda memberikan restu dan doa, kepada anggota keluarga baru agar bisa bahagia dan mendapat kebaikan-kebaikan lainnya.

 

Itulah alasan-alasan mengapa wastra ulos menjadi warisan budaya. Kira-kira sahabat Lithaetr, sudah pernah memakai kain tradisional kebanggaan suku Batak ini? Silakan berikan tanggapannya, terima kasih.

2 thoughts on “Menyibak 5 Arti Wastra Ulos Menjadi Warisan Budaya”

  1. Saya suka dengan kain Ulos, motif dan warna serta filosofi motifnya bagus dan bermakna. Ternyata banyak cerita pada selembar kain ulos ya mbak. Semoga keberadaan kain Ulos tetap lestari sepanjang masa.

    Reply

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.