Assalamualaikum sahabat lithaetr, mari masuki dunia parenting, inspirasi, dan hiburan (musik, film, buku, dan drama Korea).
Siapa bilang kalau curahan hati (curhat) itu hanya tulisan remeh biasa? Jangan salah, ada kok curhat inspiratif, yang bisa memberikan inspirasi bagi pembacanya.
Sebelumnya saya ingin meminta maaf kepada sahabat Lithaetr, jika selama ini dalam tulisan-tulisan saya ada yang tidak berkenan sehingga menyinggung perasaan, tolong dimaafkan, ya. Sebentar lagi, bulan penuh berkah akan pergi meninggalkan kita, semoga kita bisa mendapatkan pelajaran berharga di Ramadhan tahun ini. Memang ada yang berbeda dari Ramadhan kali ini, tapi InsyaAllah akan ada hikmah indah bagi kita semua, aamiin.
Maafkan ya sahabat, hari ini Lithaetr ingin curhat tentang diri saya dan beberapa kebodohan (stupidity) saya. Mengapa saya menulis tentang hal ini? Sebab saya merasa kebodohan saya ini tidak ditiru atau dilakukan oleh sahabat Lithaetr. Kalau pun diantara sahabat ada yang pernah atau sedang melakukan kesalahan yang sama, ayo segera stop perbuatan itu, dan cepatlah berubah menjadi lebih baik bersama-sama dengan saya.
Sebelum mengupas apa saja kebodohan saya, ada baiknya kita bersyukur atas rahmat dan karunia Allah Swt., karena kita masih diberikan kesempatan bernafas, hidup, serta waktu untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Oke, kini saatnya saya bercerita tentang beberapa kebodohan saya, masih berkenan kan, membaca tulisan ini? Semoga tulisan ini bisa kita jadikan pelajaran bersama, aamiin.
Curhat Inspiratif ala Lithaetr
Curhatan ini terilhami dari Surah dalam Alquran yang bernama Al-‘Asr (Demi Masa).
1] Menyia-nyiakan waktu
Poin pertama adalah kebodohan pertama yang paling saya sesalkan. Saya sudah punya blog lewat blogger itu sejak tahun 2006. Jiwa muda saya yang saat itu duduk di bangku SMA ingin sekali eksis di dunia maya. Mesti sahabat yang besar di tahun 90-an pasti tahu banget dengan yang namanya Friendster, Yahoo Messager, Skype, MiRC (Aplikasi kenalan via daring dengan bertanya, “Hi or Hello, ASL Pls, ” (yang mana kepanjangan ASL adalah Age, Sex (Female or Male), Location, dan Pls itu Please), dan awal-awal kemunculan Facebook serta game online. Karena ingin mengungkapkan jati diri dan lebih mengenal tentang dunia digital yang baru muncul saat itu, saya memutuskan membuat buku harian online, dengan blog. Niatnya saat itu ingin menulis cerita-cerita keseharian masa-masa SMA, yang konon katanya masa terindah yang tak terlupakan. Tapi apa yang terjadi?
Setelah membuat blog di tahun 2006? Tidak ada satupun tulisan yang saya hasilkan. Tercatat di blog saya, tulisan pertama yang saya buat itu di tahun 2011. Saya menceritakan tentang siapa diri ini. Ke mana saja, saya selama 5 tahun itu. Tetap menulis di buku harian manual tapi jarang-jarang, namun mimpinya tinggi ingin jadi penulis dan sutradara.
Kemudian, setelah menulis beberapa tulisan dari tahun 2011 sampai tahun 2013, saya pun kembali vakum menulis di blog selama 3 tahun lagi. Barulah saya kembali menulis tahun 2016, setelah saya resign dan memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Apa yang saya lakukan selama 3 tahun itu, ‘sok sibuk kerja’, jadi enggak punya waktu untuk menulis. Padahal dulu ada teman sekaligus senior di kantor yang mengompor-ngomporin untuk menulis lagi. Tapi sekali lagi, saya menjadikan alasan ‘sibuk’ hingga saya enggak bisa menulis.
Itulah kebodohan ‘telak’ saya. Orang yang kalah dan tidak bisa maju, adalah orang nan senang mencari alasan dan menjadi alasan tersebut sebagai pembenaran agar ia tidak bergerak maju. Kebodohan itulah yang akhirnya membuat saya tertinggal jauh dibelakang oleh orang-orang lain saat ini. Di kala, waktu masih banyak yang bisa dipergunakan untuk belajar, menulis, dan begadang bermanfaat (karena masih single), yang saya lakukan adalah mencari-cari alasan untuk menunda dan hanya bermimpi tapi ‘No Action‘.
Pantas saja, impian saya tidak pernah terwujud. Ingin menjadi penulis dan sutradara, tapi enggak pernah menulis kecuali untuk tugas dari kantor saja. Enggak pernah jadi sutradara, selain di kantor. Pokoknya alasan sibuk kerja membuat saya bodoh.
2] Tidak mencatat atau mendokumentasikan pengalaman menjadi portofolio
Pernah bekerja di berbagai tempat di dunia hiburan, membuat saya setidaknya tahu sedikit banyak tentang apa itu dunia produksi film, sinetron, berita, televisi, dan radio. Tapi saya tidak mendokumentasikan pengalaman tersebut menjadi sebuah portofolio yang keren serta rapi bagi saya pribadi ke depannya, biar bisa mendukung saya di kemudian hari. Saya hanya mengandalkan pengalaman tanpa ada bukti nyata di atas kertas itu bisa menjadi kebodohan saya yang kedua. Mana ada orang yang mau percaya, jika tidak ada bukti nyatanya? Tau darimana mereka kalau kita pernah bekerja membuat sesuatu, jika tak ada buktinya?
Pengalaman berharga tanpa ada bukti hitam di atas putih, bisa menjadi salah satu penyebab fitnah dan kebohongan, setuju?
Itulah kebodohan saya. Di saat saya mendapatkan kemudahan untuk mengakses segala sesuatu seperti alat canggih, ketemu orang-orang hebat, dan bekerja bersama mereka, saya tidak manfaatkan itu sebagai bukti nyata saya di kemudian hari. Hanya ada sebagian kecil kenangan yang tersimpan.
3] Komunikasi dan relasi itu penting dipupuk serta terus dibina
Sudah sangat hafal dan paham, kalau dunia hiburan itu hanya sebesar daun kelor atau kecil. Jadi, kalau suatu saat kita tahu kalau si A kenal sama Si B, dan kita tahu si B adalah teman kita atau pernah kerja bersama, itu enggak usah kaget atau heran, sebab memang dunia hiburan itu orang-orangnya itu lagi, itu lagi, jadi usahakan untuk tetap menjaga kepercayaan atau jagalah dirimu, jika ingin dinilai orang lain baik. Memang sih, kita enggak bisa memaksakan agar semua orang suka sama kita, tapi minimal mereka kenal kita dengan kerja kita yang baik dan profesional. Hal tersebut diperlukan jika suatu saat ada orang lain yang juga mengenal kita, maka dia akan memberikan penilaian objektif terhadap kinerja kita, hopefully 🙂.
Kebodohan saya yang ketiga adalah tidak begitu pintar memupuk dan menjaga komunikasi atau silaturahmi dengan orang lain, baik itu sahabat, rekan, mantan rekan kerja, teman baru, teman mengaji, dan lain-lain. Hal inilah yang menjadi penyebab saya bingung, mau melakukan apa setelah saya keluar dari kerjaan. Saya enggak tahu harus memulai dari mana, agar saya bisa tetap berada di jalur yang sesuai dengan renjana saya. Saya belum tahu harus menghubungi siapa, agar saya ajak bekerjasama.
Bukan karena saya tidak punya list nomor telepon orang-orang penting, tapi saya bukanlah orang yang tiba-tiba bertanya kabar kemudian meminta bantuan atau pertolongan. Saya bukanlah orang seperti itu. Kalau saya tidak pernah menghubungi, minimal saya akan melakukan pendekatan lebih dahulu, serta menjalin kembali silahturahmi yang sempat terputus. Syukur-syukur dari situ ada pembuka rezeki bagi kami berdua. Tapi, jika tidak setidaknya saya tetap berusaha menjaga komunikasi yang baik.
Hal itulah yang saya belum terlalu pintar dalam melakukannya. Saya belajar dari bunda sambung saya, beliau luar biasa sekali menjaga komunikasi dan silaturahmi. Beliau masih berhubungan dengan beberapa kawan, sahabat, rekan, teman lama, dan baru dengan baik. Apakah buktinya? Beliau berusaha datang ke acara-acara sosial dan pertemuan yang memang digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat, seperti pengajian bareng teman SD, arisan menggalang bantuan bareng teman SMA, dan lain sebagainya. Menurut saya, itu keren.
Wajar, jika beliau selalu penuh rasa syukur dalam keadaan apapun. Tidak pernah kekurangan, dalam kesederhanaannya. Entah mengapa, sikap beliau itu mengingatkan ke almarhumah mama. Mama juga seperti itu, tapi dalam cara yang berbeda. Mama juga sering berbagi dengan orang-orang sekitar, seperti tetangga-tetangga yang masih kekurangan. Intinya 2 ibu saya, baik almarhumah mama dan bunda itu luar biasa.
Itulah 3 kebodohan saya yang paling ‘telak’ menurut saya. Saat ini saya berusaha untuk mengejar semua ketertinggalan. Memang tidak pernah ada kata terlambat untuk menjadi lebih baik, tapi saya termasuk merugi karena telah menyia-nyiakan waktu yang tak akan pernah kembali atau terulang lagi.
Yuk, kita nostalgia juga sama lagu dari nasyid Raihan yang berjudul ‘Demi Masa’ ini, biar kita selalu teringat untuk berlari mengejar kebermanfaatan dan keberkahan,
Kak litha, saya dulu punya blog saat 2008. Masih kuliah. Kemudian jarang ngisi blog sampe akhirnya akhir 2018 diajak kakak buat menghadiri acara nulis blog. Lah akhirnya sampe sekarang keterusan nulis.
Dalam hati saya berujar, kok gak dari dulu sih ketemu komunitas ini.. hehe
Tapi kemudian sadar, semua itu terjadi di waktu yang tepat. Gak bisa kita paksa.
Betul kakak. Semua memang ada waktu yang tepat juga. Semoga kita semakin diberikan kemudahan dalam menulis dan tetap memberikan kebaikan lewat menulis, aamiin ☺
segar bacanya… ini bukan hanya refeleksi untuk kak LItha , tapi juga saya… salah satunya mengabadikan moment menjadi portofolio.. secara saya ini sebenanrya pemaluu banget…. hehehe…. nanti deh, mulai mendokumnetasikan, karena setiap moment tentu berharga
Betul kakak, setiap momen pasti berharga dan menjadi guru terbaik bagi kita untuk melangkah ke depannya. Semoga kita tetap bisa semangat dalam mewujudkan mimpi ya, kak.
Bener mba, harus rajin-rajin mendokumentasikan dengan foto dan catatan dulu.Kemudian bisa dikembangkan saat sudah ada waktu cukup.Semangat mba.
Siap mbak. Terima kasih untuk sarannya
Besar banget emang kak ya manfaat dari silahturahmi, selain memperpanjanh umur juga menambah rezeki.
Iya mbak. Betul banget . Terima kasih sudah berkenan berkunjung ke blog sederhana saya.
Saya juga merasa banyak sekali kebodohan-kebodohan yang sudah saya lakukan Termasuk tentang menulis ini. Saya pikir kenapa gak dari dulu nulis blog ya? Huhuhu penyesalan selalu datang belakangan hiks
InsyaAllah tidak ada kata terlambat untuk belajar ya, mba. InsyaAllah kita masih bisa memulai menebar kebaikan, aamiin.
Mba Litha, ini juga catatan untuk diriku jugaa. Ya Allaah ada berapa menit, berapa jam yang disia-siakan yaah. Sedih jadinya pengin puter balik.
Semoga kita menjadi lebih baik ke depannya ya, mba. Aamiin
Ya memang manusia tidak luput dari kesalahan dan kesilapan, setelah baca artikel ini sayapun mengingat-ingat ada berapa banyak momen yang saya sia-siakan, kayanya banyak banget deh. Hmmm, harus bisa melakukan perubahan, utamanya berkaitan dengan manajemen waktu nih.
Semoga ke depannya kita bisa lebih baik lagi ya, mba. Aamiin
Menyia-nyiakan waktu.. iya, aku juga masih begini. Sering nunda-nunda, proktinasi, sampai akhirnya kerjaan itu makin lama jadi terasa berat dan aku malah ga ngerjain sama sekali..
Sering aku ngerasa, banyak peluang atau kebaikan yang akhirnya Aku lewatin krn proktinasi ini..
Yah aku jadi curhat juga, hehe
Enggak apa-apa mba. Soalnya saya juga masih belajar untuk terus berusaha tidak mengulang kesalahan yang sama
Wah saya juga sama Mba.
Pernah buat blog dr 2011 wktu masih bocah.
Dapat adsense dari salah satu blog. Trus vakum..
Setelah di akses lagi ternyata udah gak bisa diakses.
Coba tau dr dlu dan serius. Pdhl teman saya yg baru ng3 blog aja udah menghasilkan.
Sekarang baru sadar mau nyoba lagi.
Enggak apa-apa mas. Saya pun merasa seperti itu. Tapi kalau kita melihat rumput tetangga sering-sering juga enggak baik. Bismillah saja, produksi rumput sendiri biar semakin baik
Kalo saya pribadi itu merasa kurang kenang-kenangan Lit. Wkwkwkwk. Ya karena sok sibuk itu. Padahal pernah punya ID Pers wartawan istana, tapi gak pernah punya foto depan Istana Presiden (masih zaman Pak SBY waktu itu). Pernah ngikutin Mentan dan Menhut 1 tahunan, tapi gak pernah foto bareng mereka. Pernah ngikut Menteri Kelautan, Menperin, MenBUMN (Pak Dahlan Iskan waktu itu), lagi-lagi gak pernah minta foto sama si bapak2 itu. Padahal ketemu muka mereka nyaris tiap minggu, meski gak tiap hari. Jadinya yaaaa semua dalam kenangan. Oya, satu lagi, saya abai sama sertifikasi. Padahal sudah ditawarin berkali-kali sama kantor dan itu udah dijamin dapat karena sudah jadi reporter senior, tetap aja abai dengan banyak alasan. Yah begitulah hidup. Kita suka terburu-buru mengejar hal lain, padahal ada yg lebih penting di depan mata. Meski demikian, harus tetap semangat Lith. Caiyooooo.
MasyaAllah, emang keren kakakku satu ini. Wah, kalau sertifikasi bisa jadi freelance netizen jurnalis beneran . Betul mba, apapun itu kita tetap harus semangat
wajar mba namanya manusia pasti ada khilaf tp jng dibilang bodoh deh..sebab Tuhan menciptakan manusia dengan sejuta kepintaran ..cuma manusia nya aja yg kdng lupa hehe semangat mba senantiasa setiap hari kita selalu memperbaiki kekurangan diri
Terima kasih kakak, untuk sarannya. Aamiin iya kak. Kita tetap harus semangat untuk selalu memperbaiki diri
mnurut saya yah…sebner nya sih g bodoh.. kita nya aja yg males dan kadang g mau tau heheh
Iya kakak. Cuma ada pepatah kemalasan adalah awal kebodohan. Semoga saya bisa lebih baik ke depannya, aamiin
anda tidak sendiri. wkwkwkwk…. saya juga ngerasa nyia nyiain waktu mbak. cuman bedanya saya fokus ke bidang lain dan menelantarkan.blog. hiks.. skrg mau fokus ngurus blog lagi. dan itu ternyata gak gampang. semangat mbak.
Memang setiap orang punya prioritas dan kebutuhan untuk didahulukan masing-masing. Semoga apapun pilihan kita, bisa tetap membawa ke kebaikan ya, mbak
Kadang kebodohan bisa jadi semngat kok buat ngejar ketertinggalam. Semngat mba…Sy aja menyia-nyiakan wktu hmpir 20 thn untuk tdk.menulis. Tp kmudian kebodohn sy jd pemacu smngat untuk nulis lgi. 2018 bru nulis lgi disaat tk muda lgi. Hihi
Betul Bun. InsyaAllah selalu berusaha untuk belajar dan belajar. Niatnya cuma untuk berbagi pengalaman dan semoga bisa memberikan manfaat buat sesama.
Terimakasih sudah mengingatkan kak. Baca ini sama seperti baca kesalahan diri sendiri. Tos kita samaan kak. Saya mulai nulis 2010 tapi mandeg gak tau ujungnya. baru mulai nulis lagi sekarang. Sok sibuk dijadikan alasan. Dulu saya juga kerja sampai ke Bndar Lampung, sayangnya saya gak hobi membuat dokumentasi berupa foto ketika mengunjungi tempat tertentu. Duh! dan terakhir point ketiga, akupun demikian suka riwueh duluan kalau tiba tiba menghubungi teman.
Tidak pernah ada kata terlambat kakak. Semoga kedepannya kita bisa memperoleh mimpi yang belum terijabah, aamiin